BAB 6
Kelelahan dan overtrainig
Nama :
ROMI SYAHPUTRA
Nim :
2012-151-449
Semester/kelas :
3/L
Dosen pembimbing :
UNIVERSITAS
PGRI PALEMBANG
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2013/2014
Bab 6
Kelelahan
dan
Overtraining
H.Y.S.
Santosa Giriwijoyo
Kelelahan
dapat di definisikan sebagai kondisi menurunnya kapasitas kerja yang di
sebabkan oleh melakukan pekerjaan (yang dikerjakan) itu. Perlu di tekankan
bahwa kelelahan yang di sandangnya adalah yang benar-benar karena melakukan
pekerjaan itu. Masalahnya karena ada hal-hal lain juga yang dapat menurunkan
kapasitas kerja, misalnya: pengaruh obat, pengaruh sakit, atau karena kurangnya
minat. Dalam tiga hal yang tersebut di atas terdapat rasa lelah walaupuan tak
ada pekerjaan apapun yang di lakukan
sebelumnya.
A.Bentuk
kelelahan
Kelelahan di bagi menjadi dua tipe, yaitu kelelahan mental dan
kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja
mental. Kelelahan ini sering disebabkan oleh ke jemuan sebab kurangnya minat,
dan hal ini lebih merupakan masalah bagi para ahli psikologi, psikiater,
sosiolog termasuk pula para ahli ilmu faal.
Kelelahan fisik di sebabkan oleh karena kerja fisik
atau kerja otot, dan menjadi maalah yang sangat menarik minat para ahli ilmu
faal. Perlu di pahami bahwa kelelahan fisik adalah kelelahan dari Ergosistema-I
(ES-I), dan dari Es-I yang berfungsi secara aktif adalah sistem nervorum dan sistem muskular, gabungan dari keduanya lebih di kenal sebagai sistema neuro muscular, sehingga kelelahan
hakikatnya dapat terjadi pada salah satu dari padanya atau gabungan dari
keduanya. Kesimpulan pada pembahasan saat ini adalah bahwa kelelahan dapat
terjadi baik pada saraf maupun pada otot.
Memang sulit atau bahkan tidak
mungkin memilih secara tegas kedua bentuk kelelahan ini. Konsentrsi mental dan
pengendalian emosi adalah 2 faktor yang menyertai kejadian kelelahan oleh
kerja, yang juga terjadi pada olahraga. Secara umum telah di kenal bahwa kerja
otot yang berlebihan dapat mengerusak mental. Tetapi bahwa kerja mental yang
berlebihan dapat mengganggu fungsi otot, merupakan hal yang baru bagi orang
kebanyakan.
Haruslah di
pahami bahwa istilah kelelahan sesungguhnya tidaklah jelas dan tidak pasti.
Perubahan-perubahannya yang objektif barulah dapat di ukur dengan pasti bila
kelelahan itu tlah berkembang sampai derajat yang tinggi. Dill membagi
kelelahan menjadi kelelahan oleh kerja sedang (moderate work),kelelahan oleh kerja berat (hard work), dan kelelahan oleh kerja maksimal (maksimal work), ia yakin bahwa kelelahan tipe pertama tidak di
minti oleh paraahli ilmu faal, karena hal itu termasuk dalam tipe yang
dideskripsikan sebagai kejemuhan (boredom).
Disini penggunaan daya (energi)
selama 8 jam kerja sehari relatif kecil, sedemikian rupa sehinga melakukan
aktifitas lain, misalnya berkebun, aktifitas bermain yang berat atau berdansa.
Dill mengatakan bahwa dengan kondisi ideal di luar maupun di dalam sekolah atau
pabrik, pekerjaan akan di kerjakan dengan senang hati serta dengan irama yang uniform, tanpa adanya rasa lelah atau
bosan.
Perbedaan antara
kerja sedang dan kerja berat didasarkan pada besar olahdaya yang terjadi pada
melakukan kerja, dan tentu saja hal itu berrkaitan dengan kemampuan individu
yang bersangkutan dalam hal mamasok O2 bagi tubuhnya. Kerja sedang
didefinisikan sebagai jumlah kegiatan fisik yang menggunakan daya ≤ 3x olahdaya
(metabolisme) basal. Olahdaya basal
adalah olahdaya terendah seseorang yang terjadi ketika orang itu dalam keadaan
istirahat berbaring tetapi tetapi tetap sadar (tidak tidur). Kerja berat
menggunakan daya antara 3-8x olahdaya basal. Dikatakan bahwa 8x olahdaya basal
adalah kegiatan maksimalyang dapat dilakukan selama 8 jam secara terus-menerus.
Lebih dari batas ini sistema sirkulasi dan respirasi tidak dapat secara efectif
memasok O2 yang diperlukan. Pembagian Dill tersbut diatas lebih
mengarah kepada fisiologi kerja (work
physiology) bukan atas landasan pemikiran pisiologi olahraga (sports physiology).
Pada kerja sedan
dan kerja berat, keduannya masih dengan intensitas yang penggunaan O2nya di bawah VO2mak, sehingga
secara fisiologi beban. Kerjanya masih pada zona “normal load” atau “syubmaximal
load”. Artinya beban kerja masih dapat dilakukan dalam kondisi mantap (stady state). Pada beban kerja yang
masih dapat dilakukan denga kondisi mantap, perubahan yang terjadi didalam
darah hanyalah sedikit asam laktat dan cadangan alkali tidak berubah denyut
jantung, volume respirasi dansistem sirkulasi berubah secara linear sesuai
dengan mningkat nya olahdaya (metabolisme).
Dalam kerja maksimal, tip eke 3 dari Dill, intenitas kerja memasuki zona “over load” yang menjadikannya tidak
mungkin kerja dilakukan dalam kondisi mantap, dan kerja akan terpaksa harus
berhenti ketika kapasitas anaerobic telah mencapai maksimal, sebab ketikaitu
kadar asam laktat di dalam tubuh telah mencapai maksimal
B.Simptomatika Kelelahan
Sebagian dari manifestasi kelelahan bersifat
subjektif, sedangkan sebagian lainnya bersifat objektif. Bila konsef kelelahan
yaitu menurunnya kapasitas kerja oleh sebab melakukan pekerjaan itu diterima,
maka perlu dipahami bahwa kesan subjektif dari kelelahan sering merupakn indeks
yang semu, karna orang sering merasakan adanya perasaan sangat lelah, tetapi
ternyata bila ia terus bekerja,kapasitas kerjaya besar dan rasa lelah itu
kemudian hilang ketika ia sudah menjadi “panas” terhadap tugasnya.
Rasa subjekti
kelelahan fisik ternyta adalah sensasi kompleks yang sangat lua, dengan variasi
ang sangat besar tergantung pada macam kerjanya; mungkin dirasakan sebagai
kelelahan lokal pada otot-otot yang aktif, atau rasa lelah pada seluru tubuh,
atau rasa ngantuk, mungkin juga ada rasa yang leleh di kepala, rasa nyeri
dipunggung atau dikepala yang tidak jelas lokasinya, rasa neri dan pegal-pegal
pada otot, kaku pada sendi, dan mungkin juga ada pemengkakan pada pada tangan
dan kaki.
Simptomatika
kelelhan mental sering muah dikenali oleh yang bersangkutan. Ia mengeluh tidak
dapat berkonsenrasi, sulit mengingat, sulit mengembangkan ide, sulit dan lambat
mengajukan argumentasi. Kemampuan berfikirnya lambat dan tidak akurat.
C.Penyebab kelelahan
Penyebab
pertama kelelahan fisik maupun mental haruslah berupa kegiatan yang menggunakan
daya(energy), karena tidak akan
terjadi kelelaha bila sama sekali tidak ada penggunaan daya.
Pada hakikatnya
kelelahan dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya
gangguan homeostasis.
Penyebab-penyebab itu adalah;
1.sumber daya habis atau tidak dapat di peroleh
2.tertimbunya sampah olahdaya di alam tubuh
3.tanggungnya keseimangan elektrolit/asam-basa di dalam cairan
tubuh
di alam tubuh
3.tanggungnya keseimangan elektrolit/asam-basa di dalam cairan
tubuh
4.terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam
tubuh.
Orang yang
berkerja berat dengan durasi panjang, kelelahanya dapat ditunda bila selama
berkerja ia diberi air minum dengan banyak gula. Sebaliknya orang dengan
kondisi kekurangan makan/kelaparan, tidak akan mampu berkerja berat dengan
durasi panjang.
Ahli ilmu faal,
jeman ranke, mengemukakan bahwa zat-zat yang dibentuk ketika terjadinya
kontraksi otot yaitu asam laktat, CO2, dan asam fosfat akan
menghambat (kekuatan) kontraksi otot. Kehadiran dan jumlah zat-zat ini
berkaitan dengan kurangnya jumlah pasokan O2 kepada otot-otot yang
berkontraksi. Kekurangan O2 pada orang-orang yang berkerja memang
akan memper cepet terjadinya kelelahan pada orang-orang itu.
Kelelahan juga
dapat terjadi oleh karena terganggunya lingkunggan hidup sel. Hal ini dapat
terjadi oleh karena terganggunya keseimbangan air dalam tubuh atau karena
terganggunya keseimbanga jumlah air dalam tubuh atau terganggunya penataan
keseimbanggan garam-garam/eletrilit. Orang yang tersesat dipadang pasir tapa
memperoleh air, metupakan contoh dari orang yang kelelahan dan menjadi tidak
berdaya oleh kekurangan air, sementara air terus-menerus keluar secara penguapan
melalui permukaan kulitnya. Air yang keluar melalui kelenjar kerigat pada kulit
mengandung garam NaCL, sehingga juga akan menyebabkan tubuh menjadi kekurangan
garam. Kelelahan yang terjadi karena kehilangan air dan garam ini dapat
bersifat ringgan sampai kepada ketidakberdayaan. Masalahnya kemudian adalah
bahwa hanya dengan minum air saja tidak (akan) dapat meringankan penderitaan
ini, bahkan sebaliknya dapat memberatkan keadaan. Air minum yang cocok adalah
yang mengandung garam NaCL 0.04-0.14%, air ini dapat mencegah kelelahan dan
ketidak berdayaan; karena air itu bukan hanya mengganti air yang hilang tetapi
juga garam yang hilang.

Gambar. Kemungkinan tempat-tempat kelelahan.
1. Serabut otot; 2. Keeping ujung saraf motorik; 3. Serabut saraf motorik; 4.
Synaps; 5. Badan sel saraf; 6. Ujung saraf
D.Kemunkinan Tempat-Tempat Kelelahan
Untuk dapat
memudahkan memahami dimana kemungkinan tempat terjadinya kelelahan, marilah
kita tinjau sistema neuro-muskular. Dari
anatomi sistema neuro-muskular dapat
di identipikasi ada 6 tempat yang mungkin menjadi tempat terjadinya kelelahan,
yaitu:
1.Kerabut otot
2.Keping ujung saraf motorik (motot
nerve endplate) didalam otot
3.Serabut saraf motorik itu sendiri
4. Synaps didalam
ganglion saraf dan disusunan saraf pusat
5. Badan sel saraf
6. Ujung saraf sensoris didalam otot, atau dimanapun didalam
tubuh.
1.Srabut Otot dan Keping ujung Saraf Motorik (Motor Nerve endplate)
Pada sediaan
saraf – otot kodok, bila sarafnya merangsang
(dengan rangsang listrik)-1x atau 2x/detik secara terus-menerus, setelah
jangka waktu tertentu, otot akan memperlihatkan tanda-tanda kelelahan dan
bahkan kemudian otot tidak dapat berkontraksi. Tetapi bila kemudian otot itu
dirangsang secara langsung pada permukaannya dengan rangsanga seperti di
kenakan pada saraf, maka otot akan berkontraksi kembali dengan kekuatan yang
sama seperti ketika pertama kali dirangsang melalui sarafnya. Pristiwa ini menunjukan
bahwa otot bukan merupaakan tempat terjadinya kelelahan. Kesimpulan lebih
lanjut ialah bahwa kemungkinan tempat terjadinya kelelahan adalah disraf
motoriknya atau di keeping ujung saraf motorik.
2. Serabut Saraf Motorik
Pada suatu tempat
diserabut saraf motorik dari sediaan otot-saraf serabut diatas dilakukan
blokade dengan sepotong es, atau pada tempat itu diberi rangsang arus galvanis
secara terus-menerus. Ujung saraf motoris kemudian dirangsang dengan rangsang
listrik secara terus-menerus sealama beberapa jam; tidak terjadi kontraksi otot
karena impuls saraf tidak dapat melewati tempat blockade. Bila sekarang, dengan
saraf masih terus dirangsang, blockade lalu di tiadakan, maka ternyata otot
dapat berkontraksi. Oleh karena itu tempat kelelahan adalah pada keeping ujung
saraf motorik.
3. Synaps
Bila punggung anjing dirangsang/digelitk
dengan ujung lidi, maka akan terjadi refleks menggaruk pada tempat yang
dirangsang. Dila dirangsang ini di teruskan, maka kemudian tidak lagi terrjadi
repleks mengaruk. Tetapi bila di rangsang dengan lidi ini dipindahkan kesuatu
titik dekat disebelahnya, maka akan terjadi lagi repleks mengaruk. Peristiwa
yang sama dapat terjadi bila rangsangan dilakukan pada serabut saraf
sensurisnya. Mengaruk adalah peristiwa motorik yang terjadi oleh rangsangan
saraf motorik. Jadi rangsangan sensorik dipunggung anjing berpindah melalui
synaps kesaraf motorik. Diatas telah dikemukakan bahwa saaf bukanlah tempat
kelelahan, sehingga dari peristiwa ini yang paling mungkin menjadi tempat
kelelahan adalah synaps.
4. Badan Sel Saraf
Terdapat
banyak bukti bahwa pada kelelahan yang ekstrim, struktur didalam badan sel
saraf mengalami banyak perubahan. Sejalan dengan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa pada kelelahan sedang pola perubahan demikian juga terjadi. Tidak
diragukan lagi bahwa fungsi sel-sel cortex
cerebri berubah oleh pengaru kelelahan. Hal ini dapt dilihat pada pengaruh
kelelahan terhadap refleks bersyaraf. Seekor anjing yang tellah memiliki
sejumlah refleks bersarat disuruh menerik kereta sampai leleah; terlihat bahwa
kelelahan mempengeruhi fungsi refleks-refleks bersyaratnya. Kemmampuan gerak
repleks bersyarat yang baru dikuasainya akan hilang 100% sedankan kempuan gerak
refleks-refleks beryarat yang sudah lama dikuasai hilang sebayak 50%. Karena
refleks bersyarat melibatkan fungi sel-sel cerebral,
maka wajar lah adanya pendapat bahwa kelelahan yang timbul di bagian tubuh yang
manapun, akan mernyebabkan kelelahan pada sel-sel saraf. Eksperimen yang
demikian menjelaskan mengapa terjadinya perubahan minat dalam kerja seharian,
dan mengapa tentara yang kelelahan dapat kembali berbaris dengan tergap ketika
musik mulai di[erdengarkan.
5. reseptor sensoris
Adanya rasa lelah setempat setelah dikenal
dengan baik oleh semua orang. Perasaan itu timbul dari reseptor sensoris
didalam otot, yang akan memberikan kesan subjektif kondisi kerja sistema neuro-muskular yang sedang
aktif. Oleh adanya fluktuasi nilai ambang kepekaan terhadap kelelahan, maka
nilai perasaan ini menjadi sangat tidak dapat dipercaya. Bila nialai ambangnya
meningkat, maka orang dapat terus bekerja tanpa menyadari adanya kelelahan
setempat. Sebaliknya bila nialai ambang menurun, orang akan merasa sangat lelah
tanpa adanya penurunan kapasitas kerja yang signifikan dari sistema neuro-muskularnya. Meskipun
tidak aka nada sensasi kelelahan otot bila tidak ada reseptor sensoris didalam
otot, dan meskipun kerja otot kemudian menjadi di hentikan oleh karena rasa
lelah itu, tepe=api tempat kelelahan bukanlah pada reseptor sensoris.
Ibaratnya, tempat alarm kebakaran berbunyi, bukanlah tenpat terjadinya kebaran
itu.
E. Kejemuan
Bila
seseorang harus berpartisipasi pada kegiatan fisik, mental ataupun social tanpa
motivasi yang cukup, artinya tanpa minat, maka ia akan merasakan adanya
keinggina untuk menhentikan aktivitasnya. Perasaan ini di sebut sebagai
kejemuan. Kejemuan seringkali menyerupai kelelahan, karena memang orang yang
bersangkutan mesakan lelah dan kinerjanya menurun. Akan tetapi bila terhadap
orang ii dilkaukan observasi secara cermat, maka perwujudan rasa lelahnya dalam
kaitan dengan kinerja sangatlah tidak teratur untuk suatu kondisi ke;lelahan
yang sesunggunhnya. Bila oramg itu dibuat jadi berminat terhadap pekerjaan nya,
gejala kelelahan akan hilang, sedang kan kinerjanya meningkat. Ileh karena itu
kelelahan yang berdasarkan pada kejemuan di sebut sebagai kelelahan semu (pseudo fatigue). Ada 2 cara untuk
menminimalkan kejemuan: membangun minat atau mengerjakan pekerjaan itu secara otomatis sambil membayangkan hal-hal yang menarik minatnya.
F. Staleness
/. Seorang atlet yang bernafsu ingin menonjol dalam cabang
olahraganya, akan mulai berlatih dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi.
Pada awalnya ia akan memperoleh kemajuan, tetapi akhirnya prestasinya mendatar
dan masih jauh dibawah impiannya. Ia menjadi semakin bernafsu untuk dapat
melampaui “titik mati” itu dan mulai lah ia berlatih dengan tiada putusnya.
Akan tetapi bukan kemajuan yang di dapatnya, melainkan penampilannya bahkan
menjadi lebih buruk. Dengan hasil itu maka muncullah perasaan tidak mampuh dan
prustasi. Di samping menurunnya penampila juga terdapat perubahan kepribadian
prilaku. Ia di sebut sebagai mengalami kondisi staleness
Gejala subjektif
dari staleness sanggat banyak: adanya rasa kelelahan umum, hilangnya kegairahan di awal partisifasinya dalam
olahraga tidurnya tidak menyegarkan, kadang-kadang sakit kepala. Kemudian ia
tidak dapat tidur lelap, terganggu oleh mimpi-mimpi buruk. Ia cepat pergi tidur, tetapi
terbanggun pada pagi dini hari. Nafsu makan nya hialang; terjadi gangguan
pencernaaan makanan serta menderita
konstipasi (susah buang air besar). Ia menjadi mudah tersinggung, sehingga
karnanya tidak lagi menyukai teman sepergaulannya dan lebih senang menyendiri.
Walaupun ia merasa lelah, tidak dapat duduk tenang dan terus sibuk dengan
dengan segala sesuatunya.
Kondisi ini akan
menjadi semakin berat bila pelatih tidak dapat mmperlihat empatinya, dan
mengatakan kepadanya bahwa ia telah gagal memcapai sasaran nya, serta ia tidak
akan menjadi lebih baik.
Untuk menyembuhkan staleness, latihan untuk sementara harus dihentikan. Atlet yang
bersangkutan harus di beri tahu mengenai masalah yang sedang di hadapi nya, di
nasehati agar tidak tergesa-gesa dalam mencapai tujuannya. Pelatih yang simpatik
akan dengan bijak sana menunjukan bahwa setiat orang mempunyai keterbatasannya
masing-masing, dan bahwa yang lebih penting adalah berusaha sebaik-baiknya
sesuai kemampuanya, tanpa mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin. Biasanya
atlet akan sembuh dari staleness.
Akan tetapi kadang atlet tidak dapat pulih, bahkan kemudian meninggalkan
olahraganya yang semula sanggat dasar neurose, yang menjadi berkembang akibat
dampak frustasinya.
Pada perang dunia I istilah staleness di anggap lebih sopan untuk
menggantikan istilah “psychoneurose”
diantara perbang. Pada perang dunia II di gunakan istilah yang di anggap lebih
sopan lagi yaitu “kelelahan penerbang” (flyer’s
fatigue), dan untuk bukan penrbang digunakan istilah “kelelahan perang” (battle fatigue), walaupun mungkin orang
itu tidak pernah sampai ke medan perang.
G.Overtraining
Overtraining adalah bentuk kronis dari
kelelahan patalogis dalam olahraga. Pada tahun 1950 Krestovnikov. Memasukkannya
sebagai bentuk neurosis khusus yaitu neurosis olahraga (spots neurosis). Kadang-kadang disebut sebagai staleness.
1.Aetiologi (penyebab)
Harapan yang
berlebihan, yang melebihi kapasitas fungsional otak menjadi pemicu terjadinya
neurosis (overtraining) ini. Harapan
yang berlebihan ini di sebabkan oleh:
a)
Proses perangsangan yang berlebihan yang di
sebabkan oleh karena volume, intensitas dan komleksitas latihan dari
olahraga-olahraga tersebut.
b)
Proses peghambatan yang berlebhan dari
gerakan-gerakan yang tidak diperlukan pada saat membentuk gerakan-gerakan baru
dan halus, atau oleh terjadinya pengaruh diferensiasi rangsangan.
c)
Mobilitas proses saraf yang berlebihan atau
perubahan-peruahan pada “stereotype yang
dinamis”.
Semua proses-proses ini dapat menyebabkan
terjadinya exhaustion dari otak
setelah melakukan latihan yang berlebihan secara tersendiri maupun dalam kaitan
dengan faktor-faktor lain. Sports
neurosis dapat juga terjadi bila ada depresi terhadap fungsi cortex cerebri, yang merupakan
prepisipitasi dari peran panjang fisik yang sedang di lakukan yang menyebabkan
stress saraf.
Faktor-faktor presipitasi lain meliputi
kurangnya kemauan,ketindakmampuan fisik atau intelektualnya,adnya konflik
psikis, atau adanya permaslahan sksual (sexsual
truble).bentuk kepribadian juga memegaang peran penting dalam pembentukan Overtraining. Semua faktor-faktor ini
dapat ditemukan dalam kasus-kasus Overtraianing
yang berkerja sama yang satu dan yang lain untuk enentukan bentuk dan
lamanya gejalaklinisnya.
2. Simptomatologi
Ciri-ciri utamanya adalah
kelelahan yang tinggi, respon terhadap latihan yang tidak ekonomis dan tidak
seimbang, pemulhan yang lambat sekalipun terhadap latian yang rigan, labilitas
system vegetatatif dan sistim endokrin, adanya masalah dalam proses olahdaya,
dan proses hormonalnya, adanya gejala neurose psikis: hiperaktivitas, depresi
atau euporia,ansietas,dan menurunnya output olahraga.
3. Gejala-Gejala Subjektif
a. Asthenia fisik dan fsikis: kelelahan yang
berkepanjangan sekalipun stelah istirahat atau hanya berja ringgan, hilangnya
konsentrasi, BB (berat badan) menurun
b.Gangguan fsikis: depresi
disertai keputusasaan atau kegelisahan, mudah marah atau hiperaktif, kadang ada
reaksi kekerasan, hilang memori atau perhatian, sementara atlet yang bersangkutan
sibuk dengan masalahnya sendiri.
c. Problema
tidur: adanya insomnia atau kegelisahan tidur.
d.Nyeri kepala dengan
intensitas dan lokasi yang sanggat bervariasi
e. Gejala
pengiring: paraesthasia (kesemutan)
disertai mati rasa (ba’al) pada extremitas,
nyeri precordial atau kontriksi,
nafas tidak lega, tachycardia, tachypnea,
gangguan keseimbangan, pendengaran atau penglihatan, gangguan seksual.
4. Tanda-Tanda Objektif
Tanda-tanda objektif jelas
berkaitan dengan gejala-gejala dan meliputi hyperreplexia,kedutan
pada kelopak mata dan jari-jari, olahdaya (metabolisme) basal meningkat dengan
akselerasi pada katabolisme (penurunan BB yang tidak jelas penyebebnya),
gangguan keseimbangan elektrolit, konsumsi O2 pada intensitas kerja
(effort) yang sama meningkat,
perubahan pernapasan pada standart
exercise menjadi lebih tinggi, sedangkan pemulihannya lebih lambat disertai
adanya tachycardia pada istirahat,
pemulihan denyut nadi dan tekenan darah lambat, ada arrhythmia, ada gangguan vasomotor,
gangguan fungsi ginjal dan hati, gangguan pencernaan.
Overtraining adalah polysymptomamatik dengan gejala yang macam-macam, sehingga
diagnosisnya yang tepat memerlukan pengertiaan mengenai metodologi latihan,
serta dengan melakukan ananensis yang
teliti, overtraining adalah penyakit
olahraga dan preperansi gejala-gejala onjektifnya (biasanya muncul lebh lambat
dari gejala-gejala subjektifnya) mengscu kepeda organ-organ atau sitema
tertentu, hanyalah merupakan perwujudan dari penyakitnya dan tidak
mengindikasikan patologi lokalnya.
5.
Diagnosis
Diagnosis tergatung kepada
gejala, riwayat, serta periksaan-pemeriksaan pungsional. Diagnosal diferensial
adalah terhadap syndroma solisitasi (sindroma
harapan berlebihan), penyakit organic atau gangguan psyconeurose.
6.Pengobatan/Penyembuhan
Pencegahan tergantung pada pemeriksaan kesehatan secara
periodik,perkembangan fisik dan nutrisi,di sertai epaluasi fungsional prinsip
kesehatan olahraga dan metode latihan yang rasional.
a.
Hentikan latihan dan kompetisi,upayakan beristirahat
pada ketinggiaan 600-800 m
b. Pemulihan
hendaknya di rangsang dengan mengunakan zat-zat ergogenik (glukosa,vitamin, garam-garam,obat-obat,anabolic,ekstrak
hati dan suprarenal ) dan diet khusus ( kalori tinggi ,garam-garam basa dan
banyak minum ) untuk memulihkan keseimbangan air dan elektrolit (
Ca,Na,K,Mg,P,Fe,air )
c. Berikan
vitamin-vitamin B1,B2,B6,B12,B15,C,E
dan asam-asam amino essential ( aspartat ,glycocolle, lecithine,lysine ) serta
glukosa , di sertai pemberian penenang / tranquilizer dan hypnotic ( valium,dibrium,meprobamate
, pentobarbital ) bila perlu
d. Paksakan
melakukan istirahat aktif
e. Dukung
dengan psikoterapi ( sugesti,yoga,outogenic
training ) dan physio-hydro-therapy.
Sangatlah
perlu menghentikan latihan dan kompetisi cabang olahraganya , paling tidak
selama 3 (tiga) bulan. Reintegrasi kepada cabang olahraganya hanya boleh di
lakukan setelah menjalani pemeriksaan kesehatan yang cermat. Atlet harus di
anggap sebagai kasus khusus selama satu tahun, serta diberi perhatian khusus
mengenai kondisi sikologisnya, pemulihannya setelah latihan, rehabilitasi
setelah sakit atau cedera,dan hindari stress yang menyebabkan overtraining.
Overtraining merupakan akibat latihan
dengan dosis / intensitas yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala
overtraining. Gejala-gejala overtraining ini hakikatnya adalah
akibat gangguan homeostasis karena pemuliahan ( recovery ) yang tidak adekuat. Gejala-gejala overtraining meliputi gejala-gejala yang bersifat psikologis,
psikologis maupun patologis ( neil F.gordon dalam cooper , 1994 ) sebagai
berikut :
1.
Insomia ( susah tidur ) dan sakit kepala
2.
Sulit memusatkan perhatian ( berkonsentrasi )
3.
Gairah dan motipasi menurun
4.
Lesu, letih dan lemah sehingga menjadi rentan
cedera
5.
Rasa lelah > 24 jam
6.
Anorexia
( mual )
7.
Gangguan pungsi pencernaan – diare
8.
Berat badan menurun
9.
Haus dan banyak minum di malam hari
10. Tekanan
darah menurun dan terjadi orthostatis
11. Nadi
istirahat meningkat > 10 denyut dan nadi terhadap standar latihan sangat
meningkat
12. Tungkai
terasa berat
13. Dosis
latihan tak habis
14. Nyeri
otot dan sendi
15. Rentan
terhadap alergi dan infeksi
16. Penyembuhan
luka: lambat
17. Lymphadenitis
( radang kelenjar geta bening )
18. Amenorhoea/oligomenorhoea/takteratur
19. Hemolisis
meningkat sehingga dapat terjadi anemia
20. Libido
menurun
Latihan
untuk olahraga prestasi harus seoptimal mungkin. Oleh karena itu dosis dan
intensitas latihan harus sedikit mingkin dengan kondisi yang menyebabkan overtraining,dan bila terdapat gejala overtraining maka di lakukan penurunan
beban latihan ( unloding ). Dengan
memahami ilmu faal olahraga maka overtraining
berat dapat di hindari.
KESIMPULAN
Diagnosis
overtraining adalah hal yang sangat
serius , walau pun pada saat ini itu sangat jarang terjadi pada olahraga.
Masalahitu sudahsangat dipahami oleh para dokter olahraga,dan hendaknya tidak
dikacaukan dengan”sindroma harapan berlebihan” atau” ke lelahan olahraga”.
Dalam
hal ini sangat perlu mengembangkan metoda kesehatan olahraga yang tepat untuk
mensupervisi latihan-lstihsn olahraga, sehingga
demikian mencegah terjadinyakondisi yang tepat membahayakan atlet, timnya atau
bahkan masyarakatnya.
LATIHAN
1.
Apa dan bagaimana batasan kelelahan ?
2.
Sebutkan tempat-tempat yang mugkin terjadi
tempat terjadinya kelelahan !
3.
Bagaimana membuktikan bahwa tempat-tempat itu
memang benar merupakan tempat terjadinya kelelahan ?
4.
Apa yang di maksud kelelahan semu ?
5.
Jelaskan apa yang di maksud dengan staleness ?
6.
Apa ynag di maksud dengan overtraining , apa dasar pisiologinya,sebutkan apa gejala-gejalanya
?
7.
Jelaskan apa perbedaan overtraining dan staleness
?
8.
Sebutkan gejala-gejala overtraining dari Neil Gordon ! jelaskan mana yang bersifat
psikologis,mana yang fisiologis dan mana yang patologis !